Minggu, 23 Oktober 2011

Routing Loop & TTL

Mungkin anda, kita, kami, saya ataupun orang-orang yang biasa bermain di dalam jaringan computer, pasti sudah berkenalan dengan kata “ping”, biasanya kalau jaringan kita bermasalah langsung teringat dengan ping. Ping dipakai untuk menguji konektivitas dilakukan dengan mengirimkan paket ke alamat IP tujuan.

Sebuah contoh dibawah IP saya 10.10.10.6/28 ping ke gateway 10.10.10.1



Namun dari gambar diatas pernahkah kita berpikir untuk memperdalam lagi tentang masing-masing arti parameter dari hasil ping tersebut, terutama TTL (Time To Live), yang jika kita terjemahkan kedalam bahasa Indonesia adalah waktu untuk hidup.
Yang jadi pertanyaan adalah apa yang hidup? Dan apa yang diberikan waktu untuk hidup?
Nah, bicara tentang TTL erat sekali kaitannya dengan paket data, dalam jaringan komputer, paket adalah sebuah unit format data yang dikirim ke host tujuan. TTL merupakan header dalam paket IP dan besarnya adalah 8-bit dan digunakan untuk membatasi jumlah hop (jumlah router yang dilewati) sebelum paket tersebut dibuang (jika TTL-nya sudah habis atau sama dengan 0). TTL sangat bergunaapa bila terjadi routing loop, routing loop dapat terjadi ketika dua atau lebih router memiliki routing informasi yang salah, jadi paket ditransmisikan tanpa pernah mencapai tujuan.



Dari ilustrasi gambar di atas dalam kondisi jaringan normal maka paket data yang dikirimkan dari PC Andi akan tiba dengan selamat di PC budi, namun jika kondisi jaringan bermasalah atau terjadi putus konektivitas antara Router C dan PC Budi, maka paket data yang dikirimkan oleh PC Andi dengan tujuan PC Budi akan bolak-balik antara Router B dan Router C karena dari table routing di Router B masih menganggap Network Address pada Interface Router C yang menghubungkan ke PC Budi masih ada (terjadi pada jaringan yang menggunakan distance vector routing protocol)

Nah, disinilah TTL berperan, nilai TTL akan dikurangi 1 setiap kali melewati sebuah router. Jika sebuah paket memiliki TTL sebesar 64, maka jika terjadi routing loop antara Router B dan Router C, maka paket tersebut hanya akan bolak balik diantara Router B dan Router C sebanyak 64 kali juga. Setiap tiba di sebuah router (baik itu Router B atau Router C), maka TTL akan dikurangi 1 sampai nilai TTL tersebut menjadi 0. Router yang mendapati paket dengan nilai TTL yang sudah 0, akan segera membuang paket tersebut. Bayangkan saja jika TTL tidak ada, maka setiap paket yang mengalami routing loop tidak akan pernah sampai ditujuan dan hanya akan dikirimkan dari satu router ke router lain secara terus menerus tanpa berhenti dan tentunya akan mengganggu kinerja router maupun performa dari jaringan tersebut.

sumber :
http://www.ilmujaringan.com/index.php/konsep/120-routing-loop-a-ttl